Just another free Blogger theme

Senin, 27 Mei 2024

Resume Ke Sepuluh..

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

MENULIS ITU MUDAH?



Menulis itu mudah, semudah membuat ceplok telor, begitu kata Om Jay. Namun, bagi sebagian banyak orang (termasuk) saya, ternyata menulis itu terasa sulit, karena itulah saya jadi penasaran kemudian ikut bergabung di KBMN Gel. 31 ini. Tentunya dengan harapan semoga kedepannya saya bisa jadi penulis.

KBMN pada malam ini akan diisi oleh Bapak Prof. Dr. Ngainun Naim, M.Hi dengan moderator Bapak Sigid PN, S.H. Materi yang akan dibawakan adalah MENULIS ITU MUDAH. Semudah apakah menulis itu? Apa tips-tips untuk menghadapi kendala dalam memulai menulis? Dan banyak pertanyaan lain seputar kepenulisan, mudah-mudahan akan terjawab pada pertemuan malam ini.

Di awal materi Pa Prof. Ngainun sedikit mengkoreksi judul materi, yaitu dengan menambahkan tanda tanya diakhir kalimat jadi seharusnya judul materinya adalah MENULIS ITU MUDAH?

Mengapa demikian? Sebab katanya, kata MUDAH itu tidak berlaku untuk semua orang, tapi hanya bagi yang memenuhi kriteria tertentu saja, menulis itu memang mudah. Tapi bagi yang jarang menulis, kata MUDAH tampaknya perlu untuk dipertimbangkan.

Sebagai contoh, beliau kemudian menyajikan tulisan dengan judul Perjalanan ke Barat, Resepsi dan Silaturrahim. Tulisan ini bercerita tentang perjalanan beliau untuk menghadiri resepsi pernikahan sekaligus bersilaturahmi kepada kawan-kawannya.  Tulisan lainnya dengan judul Klepon dan Pentol Kuah.

Kedua tulisan tersebut terlihat sederhana namun menarik. Dari kedua tulisan tersebut kemudian Pa Prof. Ngainun mengatakan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan agar dapat menulis adalah cobalah memulainya dengan menulis apa yang kita alami. Karena dengan demikian kita tinggal bercerita saja dalam bentuk tulisan hingga tidak perlu banyak berpikir.

Beliau kemudian menunjukkan pula satu buku yang berisi catatan perjalanannya ketika mendapat biaya studi selama 11 hari di Brunei Darussalam. Jadi dari catatan perjalanan tersebut pun bisa jadi buku dengan judul LITERASI DARI BRUNEI DARUSSALAM setebal 100 halaman.

Tidak itu saja ternyata selama studi di Brunei pun beliau berhasil membuat 1 buku antologi dan 1 artikel ilmiah. Jadi bisa kita bayangkan jika kita sudah terbiasa menulis maka catatan perjalanan dan pengalaman selama perjalanan tersebut dapat menghasilkan karya berupa tulisan yang dapat dibukukan. 

Jadi menurut beliau menulis itu akan mudah jika kita menulis apa yang dialami.

Yang kedua, menulis akan mudah jika kita menulis apa yang kita baca. Yang kedua ini biasa disebut RESENSI BUKU. 

Ada lima langkah dalam membuat Resensi, yaitu

1. Persiapan

Langkah pertama ini bisa dilakukan dengan memilih buku yang sesuai minat kita. Meresensi akan menyenangkan jika buku yang kita resensi sesuai minat dan akan menyiksa jika tidak sesuai minat kita. Setelah itu menemukan buku yang sesuai minat kita selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencatat identitas lengkap buku tersebut mulai dari judul, penulisnya, kota tempat terbit, tebal buku, tanggal terbit, penerbitnya, ISBN, harga buku.

2. Membaca Buku

Bacalah Buku tadi dengan, cermat, nikmat,  santai dan jangan tegang. Tandai hal penting dengan stabilo. Bangun pemahaman awal tentang buku dengan membaca pengantarnya untuk apa dan mengapa buku tersebut ditulis. Cari juga informasi tentang penulis, latar belakang pendidikan dan pekerjaannya, buku-buku yang telah ditulisnya. Pemahaman awal ini penting untuk membangun pemahaman keseluruhan dari buku yang kita resensi.

3. Menganalisis

Cobalah lakukan analisis terhadap buku tersebut. Untuk apa buku itu ditulis,  informasi apa saja yang akan kita dapatkan setelah membaca buku tersebut, apa kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut, bagaimana pula penyajian dan bahasanya.

4. Menulis

Langkah berikutnya barulah kita menulis resensi. Apa saja yang perlu ditulis? Beberapa yang perlu ditulis diantaranya adalah

- Judul resensi, nama penulis resensi, identitas buku (penulis, judul buku, kita tempat terbit,penerbit, tahun terbit,jumlah halaman dan ISBN), kalimat pengantar, penjelasan isi buku, sisi menarik dan tidak menarik dari buku, kata penutup.

5. Menyunting

Biasakan menyunting kembali yang kita tulis. Mulailah dengan mencermati kata demi kata, kalimat demi kalimat. Perbaiki jika dirasa ada kata atau kalimat yang aneh atau janggal.

Yang Ketiga, Menulis akan terasa mudah jika kita Menulis tentang orang-orang di sekitar kita. Bisa siapa saja. Bisa orang tua kita. Bisa guru kita. Bisa tetangga atau tentang siapa pun. Intinya kita menulis hal apa pun yang menurut kita menarik.

Prof. Ngainun memberikan contoh tulisannya tentang Gurunya dan Orangtuanya (Bapaknya). 

Selanjutnya beliau membahas tentang strategi menulis.

1. Menulis di pagi hari.

Menurut beliau sebaiknya Menulis dilakukan di pagi hari. Ini karena tubuh masih segar. Otak belum capek. Kalau sudah malam biasanya, nulis sudah sulit.

2. Bermental proses. Jangan instan. Tidak ada orang yang bisa nulis dalam hitungan hari.  Dari pengalamannya hingga menjadi pegiat literasi saat ini merupakan sebuah proses panjang. Menurutnya Membaca dan menulis merupakan hal yang tidak bisa dilakukan dalam sehari. Ada proses panjang yang berkelanjutan sejak beliau belia hingga sekarang. Ada proses belajar dan terus belajar.

3. Menulis sedikit demi sedikit.

Menulis tidak harus langsung banyak. Dari pengalamannya menulis, Prof. Ngainun biasa menulis sedikit demi sedikit. Ditulis dulu di buku tulis. Sekali duduk paling hanya 2 atau 3 paragraf. Kebiasaan ini beliau sebut NGEMIL. Jadi NGEMIL itu maksudnya menulis sedikit demi sedikit, setiap tahap menulis dijalani dan dinikmati, yang penting bukan banyaknya tapi memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menulis. Menulis dengan cara NGEMIL bila dilakukan dengan Istiqomah maka hasilnya akan sangat luar Biasa

4. Sabar menjalani proses.

Banyak orang ingin menjadi penulis tetapi tidak tahan dengan hambatan.Misalnya tidak menemukan ide. Padahal ide itu ada di mana-mana. Kita sendiri juga sumber ide. Hanya butuh kepekaan dan latihan. Jika tidak sabar, ide juga tidak akan ditemukan.

Jadi sabarlah menjalani proses. Pelan tetapi pasti nantinya menulis akan mudah.

Materi yang disampaikan Prof. Ngainun pada intinya mirip dengan materi materi yang telah disampaikan oleh Nara sumber Nara sumber terdahulu, seperti kebiasaan membaca itu sangat mempengaruhi kemampuan kita dalam menulis. Menulis dari hasil pengalaman sendiri, menulis dari apa yang kita sukai, menulis tentang orang- orang yang kita kenal dan sebagainya. Namun, pada pemaparannya, Prof. Ngainun juga menunjukkan langsung contohnya. Sehingga pertemuan kali ini bisa disebut sebagai penegasan bagi calon penulis bahwa untuk dapat memulai kebiasaan menulis itu, mulailah menulis dari hal yang paling sederhana dan jangan takut salah.

Pertemuan malam ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan yang masuk diantaranya

Dadan Suandi - Sukabumi - Bagaimana tips membumbui cerita yang bersumber dari pengalaman supaya bisa membuat orang tertarik untuk membacanya?

Jawaban Prof. Ngainun: Saya berpendapat bahwa membumbui cerita itu soal keterampilan yang perlu dilatihkan. Dengan sering berlatih. Dengan banyak membaca. Dengan mengembangkan imajinasi. Prosesnya memang tidak sederhana. Mudah diucapkan tetapi saat dipraktikkan tidak selalu mudah.

Bu Umi Kulsum - Kebumen.

Banyak orang ingin menjadi penulis tetapi tidak tahan dengan hambatan. Saya sering mengalami hambatan selama *ngemil* juga Prof. Tapi ga tahu bagaimana solusinya.

Pernahkah Prof. mengalami hambatan? Kpn dan bagaimana solusinya dalam menghadapi hambatan tersebut?

Jawaban:

Tentu saja saya sering mengalami hambatan. Sebabnya banyak. Misalnya, kesibukan yang tinggi. Bisa juga karena macet. Saya selalu berusaha membangun kesadaran diri bahwa bisa menulis itu anugrah hidup yang harus disyukuri. Caranya ya dengan menulis itu sendiri. Karena itu ketika macet, saya berusaha mengurainya. Bisa dengan membaca Al-Qur'an. Bisa juga dengan cara-cara lainnya. Meskipun tidak selalu mudah, biasanya akan ditemukan solusi untuk mengatasi hambatan yang ada. Asal ada kemauan, Insyaallah ada jalan. Where there is a will, there is a way.

Kang YS, asal Bogor

Apakah perlu temen solid sesekolah, biar setiap agenda sekolah atau jalan2 study tour jadi sebuah buku?

Itu gagasan ideal Kang YS tetapi jangan dipaksakan. Perlu proses. Pelan-pelan dipersiapkan segala sesuatunya. Di kampus saya, setiap kelompok mahasiswa KKN harus membuat buku antologi. Itu baru jalan setelah beberapa tahun. Sekarang sudah mapan. Semuanya butuh prose

Bu Cicin - Garut

Assalamualaikum izin bertanya, saya pemula dalam menulis, seringkali saya menuliskan kata yang sama atau pengulangan kata sehingga saya merasa kalau tulisan saya tidak enak dibaca dan terkesan tidak nyambung. Bagaimana caranya agar tulisan tersebut nyambung dan enak dibaca?

Pertanyaan menarik. Ini dialami oleh semua orang yang menekuni dunia menulis. Saya sendiri dulu sering mengalaminya juga. Caranya memang harus banyak membaca. Jika bacaan kita banyak, imajinasi kita kaya. Tabungan kosa kata banyak. Ini akan berpengaruh saat nulis.

Juga perlu sering berlatih menulis. Dengan cara ini, apa yang Anda alami akan terkurangi. Mari terus menulis. Jalani prosesnya. Nikmati aktivitasnya.

Demikianlah materi pertemuan KBMN malam ini, sebagai motivasi saya tuliskan kembali apa yang Pa Sigid tuliskan di awal pertemuan ini

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib.

"Jika kamu ingin menjadi seorang penulis, kamu  melakukan dua hal di atas segalanya: banyak membaca dan banyak menulis". - Stephen King.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". - Pramoedya Ananta Toer.


Semoga bermanfaat....









Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar