Just another free Blogger theme

Selasa, 28 Mei 2024

Resume Ke Sebelas

Senin, 27 Mei 2024

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

KIAT MENULIS CERITA FIKSI


Sepengetahuan saya cerita fiksi adalah cerita hayalan atau rekaan atau cerita yang tidak berdasarkan kenyataan. Sepertinya untuk bisa menulis fiksi kita harus punya daya hayal atau imaginasi yang tinggi. Bisakah saya membuat cerita fiksi? berimajinasi mungkin sering, tapi untuk menuliskannya menjadi sebuah kisah atau cerita belum pernah. Mungkin harus dicoba, tapi bagaimana? dari mana kita memulainya?  mudah-mudahan semua itu bisa terjawab malam ini.

KBMN malam ini akan diisi oleh nara sumber yaitu Bp. Sudomo, S.Pt. Beliu adalah seorang Sarjana Peternakan yang dengan bekal ijazah Akta IV Kependidikan berhasil menjadi guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang ditugaskan di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Karena kerja kerasnya dalam belajar, sekarang Pa Sudomo telah menjadi pegiat literasi yang telah menghasilkan beberapa karya berupa buku Fiksi. Moderator kita pada malam ini adalah Bp. Ahmad Sholeh, S.Pd., Gr. seorang alumni KBMN Gel. 29, yang juga telah berhasil membuat berbagai tulisan terutama di Melintas.id.

Nara sumber membuka materi dengan memperkenalkan diri. Pa Sudomo atau akrab dipanggil Mazmo, mengemukakan bahwa beliau adalah seorang sarjana peternakan, mengajar IPA dan menjadi penulis  cerita fiksi.

Menurutnya, kisah awal beliau menulis fiksi adalah karena dari rasa suka. Rasa suka lah yang akhirnya membuat Mazmo merasa mudah dalam menumpahkan ide di kepala dalam bentuk cerita fiksi. Mazmo kemudian bertanya "Apa alasan Bapak/Ibu ingin belajar menulis cerita fiksi?"

Jawaban dari peserta pun beragam. Ada yang ingin mndapat pengalaman mnulis yg lebih baik, ada yang ingin memperdalam pengetahuan tentang fiksi, menambah  percaya diri membuat cerita fiksi, mengembangkan keterampilan dalam fiksi, ada juga yang ingin emosinya menjadi seimbang lewat pengembangan pola pikir, lainnya adalah ingin menambah komunitas dan kenal teman-teman hebat yg cinta literasi.

Menurut Mazmo, menulis resume pun bisa berbentuk tulisan cerita fiksi juga. Bahkan tulisan cerita fiksi bisa juga dipakai dalam proses pembelajaran di kelas. Bagaimana ya caranya? 

Salah satu Buku Fiksi karya Mazmo berjudul Belajar sambil Bermain, saya kira terinspirasi oleh pelajarn fisika tentang pesawat.

Lalu dari mana kita mulai belajar menulis cerita fiksi?

Ini adalah pertanyaan pemantik yang perlu menjadi dasar bagi kita untuk mulai tergerak menulis cerita fiksi. Berikut adalah beberapa alasan harus belajar menulis cerita fiksi.

  1. Salah satu yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah literasi Teks Fiksi
  2. Sebagai cara menemukan passion dalam bidang ke penulisan
  3. Sebagai upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri
  4. Sebagai jalan mengeksplorasi kemampuan menulis

Poin pertama mengenai AKM ini terkait erat dengan kompetensi guru dalam menulis cerita fiksi. Kemampuan guru dalam menulis cerita fiksi akan memudahkan dalam menyediakan soal latihan teks sastra bagi murid di kelas. 

Apa saja syaratnya agar guru bisa menulis cerita fiksi?

Enam syarat agar guru bisa menulis cerita fiksi adalah

  1. Komitmen dan niat yang kuat
  2. Kemauan dan kemampuan melakukan riset
  3. Banyak membacaa cerita fiksi
  4. Membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
  5. Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi
  6. Menjaga konsistensi menulis

Tidak ada yang lebih penting di antara semuanya. Hal ini karena semuanya penting.

Memang apa saja, sih, bentuk cerita fiksi itu?

Bentuk-bentuk cerita fiksi yang dikenal selama ini, diantaranya:

  • Fiksimini, cirinya: terdiri dari beberapa kata
  • Flash Fiction, cirinya: Jumlah kata khusus
  • Pentigraf, ciri-cirinya: Cerita tiga paragraf
  • Cerpen, cirinya: terdiri < 7500 kata
  • Novelet, ciri-cirinya: 7500 s.d 17500 kata
  • Novela, ciri-cirinya: 17500 s.d 40000 kata
  • Novel, ciri-cirinya: lebih dari 40000 kata

Beberapa di antaranya mungkin tidak asing, namun sebagian mungkin belum familier.

Beberapa contoh fiksimini, yaitu fiksi yang hanya terdiri dari beberapa kata saja, bisa dilihat di link berikut: https://www.tumblr.com/bianglalakata

Sedangkan cerita fiksi dengan jumlah kata tertentu biasa dikenal dengan flashfiction atau cerita kilat. Contoh-contohnya bisa dilihat pada tautan berikut:  https://bianglalakata.wordpress.com/category/cerita-kilat/

Untuk cerita fiksi bentuk panjang, contoh-contohnya bisa dilihat di tautan berikut: https://bianglalakata.wordpress.com/category/cerita-pendek/

Unsur-unsur Cerita Fiksi

Untuk bisa membangun cerita fiksi, penulis harus lebih dulu memahami tentang unsur-unsur cerita fiksi. Bagi guru Bahasa Indonesia tentu ini bukan hal yang asing lagi pastinya. Unsur pembentuk cerita fiksi, yaitu:

1. TEMA, berikut adalah pengertian, tips, cara menentukan dan contohnya

  • Ide Pokok Cerita
  • Tips menentukan tema: dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, ruang lingkup terbatas
  • Cara menentukan tema: menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca dan mendengarkan curahan hati.
  • Contoh tema: Berkah kejujuran, Pendidikan dan Kemiskinan, Persahabatan Tiga anak SD, Pengalaman Belajar Siswa selama Belajar di Rumah, Perjuangan guru selama Pembelajaran Jarak Jauh.

2. PREMIS, pengertian, unsur-unsur, cara membuat dan contoh-contohnya:

  • Ringkasan Cerita dalam satu kalimat
  • Unsur-unsur Premis: Karakter, Tujuan tokoh, rintangan/ halangan dan resolusi
  • Cara Membuat: tulis masing-masing unsur pembentuknya, kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh.
  • Contoh: Seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.

Dari contoh premis di atas, kita bisa tahu cerita fiksi secara keseluruhan. Karakter dari contoh premis tersebut, yaitu Seorang anak SD, tujuan tokoh adalah memperoleh pemahaman IPA, rintangan/halangan berupa melakukan perjalanan, sedangkan resolusinya adalah ke rumah kakeknya

3. ALUR/ PLOT, Berikut adalah pengertian, macam-macam, dan unsurnya

  • Struktur rangkaian kejadian dalam cerita
  • Macam-macam Alur: Alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback dan alur kronologis.
  • Unsur-unsur Alur/Plot: Pengenalan Cerita, awal monflik, menuju konflik, Konflik memuncak/ klimaks, penyelesaian/ ending.
  • Unsur-unsur alur/ plot tersebut urutannya bisa diubah tergantung alur yang dipilih

Berikut adalah contoh alur/plot. 

Pengenalan Cerita: 

Rama seorang siswa SD berusia 11 tahun sedang belajar. Ia mendapatkan tugas dari gurunya tentang Pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Awal Konflik:

Rama belajar dengan membaca buku paket.  Namun, tidak kunjung paham. Ia belum bisa menyelesaikan tugasnya. Ibunya memberikan saran untuk belajar ke rumah kakek.

Menuju Konflik - Konflik/ Klimaks:

Rama mengajak dua orang temannya. Salah satu temannya tidak diberikan ijin oleh orang tuanya. Rama berusaha meyakinkan, akhirnya berhasil mengajak. Rama dan kedua temannya sampai di rumah kakek. Kakek dan nenek meminta mereka mennemukan sendiri. Di sana mereka berusaha menemukan pesawat sederhana. Di sana mereka dituduh mencuri oleh anak kampung saat menemukan pesawat sederhana secara tidak sengaja di halaman.

 Ending

Setelah kakek dan nenek meminta maaf, mereka bertiga pun dimaafkan. Kakek dan nenek berjanji akan menjelaskan kepada mereka tentang pesawat sederhana. Mereka pun memahami penjelasan sambil menjalankan berbagai hukuman membersihkan rumah kakek dan nenek menggunakan pesawat sederhana.

Alur/plot ini akan memudahkan dalam menulis cerita fiksi. Sekaligus juga memudahkan dalam mengembangkan ide cerita yang ada. Alur/plot ini memungkinkan kita tidak keluar jalur saat menulis.

4. PENOKOHAN. Bagian ini menjelaskan tentang penokohan termasuk macam-macam dan teknik penggambaran tokoh. Penggambaran sifat tokoh dalam cerita fiksi menggunakan prinsip show don't tell

  • Penjelasan selangkah demi selangkah, penjelasan detail karakter dalam cerita
  • macam-macam tokoh: protagonis, antagonis, tritagonis
  • Teknik penggambaran tokoh: analitik, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lain.

5. LATAR/ SETTING DAN SUDUT PANDANG. Terkait dengan latar/setting pun menggunakan prinsip yang sama. Sementara sudut pandang, tergantung kenyamanan penulis.

Latar/ Setting:

  • Penggambaran waktu, tempat dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita
  • Jenis-jenis latar: latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material, latar integral

Sudut Pandang:

  • Cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita
  • Macam-macam sudut pandang: Orang Pertama TUnggal, Orang Pertama Jamak, Orang Kedua, Orang Ketiga Tunggal, Orang Ketiga Jamak dan Campuran.

Lalu, bagaimana, sih, kiat menulis cerita fiksi itu?

Berikut ini adalah proses kreatif menulis cerita fiksi yang terdiri dari niat, membaca, menentukan ide dan genre, membuat outline, mulai menulis, melakukan swasunting, dan publikasi

  • Niat: Motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulsan
  • Membaca (Fiksi Oang Lain): Upaya menemukan bahan belajar/ referensi berupa ide, pemilihan kata, serta gaya dan teknik penulisan
  • Ide dan Genre: Segera catat saat Ide mendadak muncul, menemukan ide dengan cara mengembangkan imajinasi, pemilihan genre disesuaikan dengan yang disukai dan dikuasai
  • Outline: Kerangka disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi, menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi, membuat premis sesuai tema, menentukan uraian alur/ plot sesuai unsur-unsurnya, menentukan penokohan kuat sesuai jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik, menentukan latar/setting dengan menunjukan sisi eksotis dan detail, memilih sudut pandang penceritaan yang baik.
  • Menulis: membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan kata unik, konflik), melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baikdengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca, menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh, menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi, memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas, memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi), membuat ending yang baik.
  • Swasunting: dilakukan setelah menulis, jangan menulis sambil mengedit, fokus penyuntingan pada salah pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan dan logika cerita, usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting agar tega menyunting tulisan sendiri, jangan lupa menyiapkan KBBI dan PUEBI.

Mazmo mengakhiri sesi materinya dengan ucapan terima kasih dan permohonan maaf  untuk kekurangan. Selanjutnya Moderator, melanjutkan dengan sesi tanya jawab

Bu Rosjida - Ciamis.

Setiap cerita fiksi tentu memerlukan kekayaan imaginasi. Beberapa kali saya mencoba menulis cerpen fiksi selain merasa kurang bisa dalam aturan penulisan ejaan, saya sering mendadak terhenti saat mengungkapkan imajinasi yg "tidak biasa"  terus termangu dan berpikir apakah ini tidak berdosa melukiskan seseorang dg karakter "aneh, kejam, tidak manusiawi, dll" ? Apakah ini pantas dituliskan?

Jadi bolehkah kita dalam menulis cerita fiksi sebebas-bebasnya atau berada dalam "suatu koridor" ?

Jawaban Mazmo: 

Intinya bebaskan ide dengan tetap berpegangan pada koridor yang ada. Misalnya, tidak menyinggung SARA, berpotensi menimbulkan konflik, dll

Bu Achienk - Jakarta

1. Apakah bisa pengalaman pribadi, kita jadikan kedalam cerita fiksi?

2. Bagaimana cara menemukan ide dalam menulis dan menjaga agar ide tersebut tidak buyar ketika sedang menulis, karena ketika saking banyaknya imajinasi atau ide bisa tiba2 stuck menulis dan bingung mana dulu yang mau ditulis

Jawaban:  
1. Bisa
2. Membuat outline/kerangka cerita. Catat ide yang diperoleh di notes. Pakailah prinsip selesaikan yang telah dimulai.

Kang YS - Bogor

Saya sebagai guru fisika sangat tertarik dengan cerita fiksi. pertanyaan saya bagaimana tanggapan siswa-siswa bapak dengan memfiksikan IPA?

Jawaban:  Tanggapan murid-murid saya senang membaca sampai tuntas. Selain itu, mereka dapat lebih mudah menemukan contoh-contoh pesawat sederhana termasuk jenis-jenisnya dalam kehidupan sehari-hari melalui cerita.

Pa Dadan Suandi - Sukabumi, 

  1.  Apakah kisah nyata bisa dijadikan cerita fiksi?
  2.  Bagaimana caranya supaya kisahnya nyata itu bisa menjadi benar-benar menjadi fiksi?

Jawaban: 

  1. Bisa banget 
  2. Caranya, ganti nama tokoh, latar/setting, dan unsur-unsur pembentuk lainnya. Tambahkan bumbu tulisan biar enak dibaca. Bumbu bisa berupa tambahan imajinasi atau tokoh antagonis.

Bu Umi Kulsum - Kebumen

Kapan waktu swasunting yang tepat, dan bagaimana solusinya. 

Jawaban: Swasunting yang tepat adalah setelah tulisan benar-benar selesai. Tips melakukan swasunting:

  1.  Jangan melakukannya saat sedang menulis;
  2.  Lakukan setelah tulisan benar-benar selesai; dan
  3.  Tegalah kepada tulisan sendiri.

Bu Achienk - Jakarta

Jika ingin membukukan cerita fiksi berupa cerpen, apakah ada jumlah minimal cerpennya dalam satu buku? Atau minimal berapa halaman? Apakah harus dalam satu tema cerpennya atau boleh beberapa tema?

Jawaban:  Jumlah minimal cerpen dan halaman menyesuaikan dengan ketentuan dari penerbit. Tidak ada keharusan harus satu tema. Beberapa tema juga tidak masalah, Bu

Bu Nancy - Jakarta.

  1. Kalau dalam penulisan cerpen, apakah ada batasan jumlah kata dalam setiap kalimatnya? Karena tadi saya lihat ada ketentuan panjang pendeknya.
  2. Untuk penulisan dialog pedek dalam cerpen, aturan penulisan seper apa Pak?

Jawaban: 

  1. Tidak ada batasan jumlah kata dalam kalimat untuk cerpen. Kecuali untuk cerita anak tergantung dari jenjang pembacanya. Namun, idealnya untuk pembaca dewasa maksimal 18 kata per kalimat.
  2. Dialog pendek tidak ada aturan baku, kecuali aturan penulisan saja.



Alhamdulillah, semoga bermanfaat
















Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

2 komentar: