
Apa yang pertama kali tersirat dalam pikiran Anda, ketika
mendengar istilah “KIMIA”? Bagi orang awam, mungkin yang terbayang adalah sesuatu yang
berhubungan dengan bahan yang terdapat pada tanaman, obat atau pestisida atau
bahkan mungkin bahan yang beracun dan berbahaya sehingga perlu dihindari.
Setiap orang
mempunyai pandangan tersendiri terhadap ilmu kimia. Ada yang berpandangan
negatif, ada pula yang menerima kehadirannya. Mereka yang berpandangan negatif
adalah orang-orang yang belum mengenal dan memahami tentang ilmu kimia. Mereka
menganggap bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kimia akan berhubungan
dengan bahan-bahan berbahaya yang mengandung racun.
Ditambah lagi kesan yang dominan timbul di kalangan masyarakat umum mengenai
kimia adalah kesan negatif dibandingkan dengan manfaatnya. Sehingga
manfaat ilmu kimia semakin tersamarkan. Kesan negatif ini timbul sebagai akibat
dari sering terjadinya penyalahgunaan ilmu kimia atau kesalahan penanganan
dalam penerapan ilmu kimia.
Ilmu kimia seringkali digambarkan
sebagai sesuatu yang abstrak. Padahal tanpa kita sadari dalam setiap bagian
dari tubuh kita, pakaian yang kita kenakan, semua benda di lingkungan tempat
kita tinggal, tersusun dari berbagai bahan kimia. Demikian pula dengan aktivitas
hidup kita sehari-hari, mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai saat kita
akan tidur di malam hari bahkan ketika
kita tidur pun semua melibatkan proses kimia. Singkat kata, dunia ini
sebenarnya merupakan dunia kimia.
Lalu, apa sebenarnya ilmu kimia itu?
Ilmu kimia pada prinsipnya merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan alam (seperti halnya, fisika, biologi, geografi,
dll) yaitu ilmu yang mempelajari materi, hanya saja dalam ilmu kimia yang
dipelajarinya adalah yang berhubungan dengan struktur, susunan, komposisi dan
perubahan materi serta energy yang menyertai perubahan materi tersebut.
Dalam ilmu kimia kita mempelajari Alam
secara mikroskopis, artinya mempelajari aturan-aturan Allah (Sunatullah) dalam
skala yang sangat kecil. Ilmu kimia berusaha mengungkapkan dunia partikel yang
sangat kecil, yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Dalam kimia, kita
mengenal atom, molekul, electron, proton, neutron dan banyak lagi partikel
lainnya. Menurut sebuah buku teks kimia, paling tidak terdapat 60 jenis
partikel yang sifatnya berbeda dan belum seluruhnya dapat dijelaskan
sifat-sifatnya. Hal ini memperlihatkan bahwa ilmu Allah itu maha luas.
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَاتِ
رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ
مَدَداً
“Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat (ilmu) Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu lagi”
(Al Kahfi: 109)
وَلَوْ
أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ
سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ-
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Luqman: 27)
Ilmu Kimia hanyalah bagian kecil dari
ilmu Allah. Sebagai ilmu yang mempelajari alam, ilmu kimia merupakan sarana
untuk mendekatkan diri, mengenal lebih dekat Allah sebagai Sang Pencipta
melalui hasil ciptaanNya. Ilmu kimia tidak bertentangan dengan agama Islam,
sebab keduanya berasal dari Dzat yang sama, yaitu Allah SWT. Mempelajari ilmu
kimia sama artinya dengan mempelajari ayat-ayat kauniyah, sehingga dengan mempelajari
ilmu kimia diharapkan dapat lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah SWT.
Perhatikan dan renungkanlah Firman Allah
berikut:
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لِّأُوْلِي الألْبَابِ
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih
bergantinya siang dan malam, benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Al Imran: 190-191)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
وَأَوْحَى
رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ
وَمِمَّا يَعْرِشُونَ - ثُمَّ
كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا
شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ --
“Allah telah memerintahkan kepada leba, buatlah sarang-sarang di atas
bukit dan di atas pohon kayu dan pada tempat-tempat yang mereka jadikan atap.
Kemudian makanlah bermacam-macam buah-buahan, dan laluilah jalan Tuhanmu dengan
mudah. Keluar dari dalam perutnya minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
untuk menyembuhkan penyakit manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda (Kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”. (An Nahl:
68-69)
Demikianlah, mempelajari ilmu kimia berarti kita mempelajari
sebagian dari ilmuNya Allah. Dengan ilmu kimia kita dapat mengetahui bahwa
kehidupan kita ternyata banyak berhubungan dengan dunia ilmu kimia, karena
kehidupan manusia tidak terlepas dari proses kimia. Sejak bangun tidur, mandi,
gosok gigi, dan mencuci semua tidak terlepas dari reaksi kimia.
Ilmu kimia tidak hanya
berhubungan dengan kebendaan saja. Banyak nilai-nilai dalam kehidupan ini
ternyata juga relevan dengan
proses-proses kimia. Misalnya saja, fenomena serah terima electron dan
penggunaan bersama electron-elektron dalam pembentukan senyawa melalui ikatan
kimia. Proses pembentukan senyawa didasari oleh kestabilan atom-atom suatu
unsur. Banyak diantara atom-atom suatu unsur ternyata tidak stabil keadaannya.
Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya ternyata ketidakstabilan tersebut
disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan electron di kulit terluar. Oleh
karena itu agar keadaannya menjadi lebih stabil, maka di antara unsur-unsur
tersebut harus terjadi serah terima electron. Bagi atom unsur yang kelebihan,
maka keadaannya akan menjadi stabil bila dia melepaskan (memberikan)
elektronnya kepada atom unsur lain yang kekurangan electron, dan sebaliknya
atom yang kekurangan harus “menerima pemberian” electron dari yang kelebihan. Dengan
adanya serah terima electron keadaan atom-atom unsur menjadi lebih stabil. Demikian
halnya dalam pembentukan ikatan kovalen, terjadi hal yang sama dimana atom-atom
saling menyerahkan electron untuk dipakai bersama sehingga tercapai keadaan
yang lebih stabil.
Dalam kehidupan sehari-hari,
fenomena di atas mirip dengan fenomena “take and give” antara para Aghniya
dengan Kaum Fakir Miskin. Selayaknyalah, orang-orang berada memberikan kelebihan
hartanya kepada kaum miskin, agar terjadi keseimbangan dan kestabilan dalam
kehidupan bermasyarakat. Jadi, andai kata kita ingin memahami apa arti dari
memberi, cobalah belajar dari proses pembentukan ikatan kimia.
Fenomena pembentukan senyawa
melalui ikatan kimia, ternyata juga beranalogi dengan kewajiban menikah pada
seorang pemuda jika dirasa sudah mapan. Salah satu Hadits Rasul dari Abdullah Ibnu
Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah
mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.
Secara psikologis, seseorang yang masih lajang biasanya akan
mengalami gangguan-gangguan, yang pada suatu saat tertentu dapat menyebabkan
keadaan kejiwaannya menjadi kurang stabil. Nah, bagi seseorang yang masih
lajang, untuk menjaga dan mengimbangi kestabilan emosi dan kejiwaannya, maka diwajibkan
untuk menikah, mencari pasangan hidup. Dengan menikah dapat terjadi ikatan
(pertalian) antar dua manusia yang didasari rasa saling menghormati,
menghargai, menyayangi pasangan, saling membantu meringankan beban menerima apa
adanya. Menikah berarti meninggalkan kemaksiatan dan dapat meningkatkan
keimanan dan menjaga diri dari hawa nafsu yang dapat menjerumuskan pada hal-hal
yang negatif.
Demikian sebagian dari tadabbur kita terhadap ilmu Allah. Saya
berlindung kepada Allah swt dari segala khilaf dan salah yang ada dalam
penulisan artikel ini. Harapan, saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat buat
kita semua, dan semoga pula dengan mempelajari ilmu kimia, kita bisa lebih menyadari betapa hebat dan indahnya ciptaan Allah SWT, betapa Agung dan Maha Kuasanya Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar