Just another free Blogger theme

Jumat, 20 Desember 2019




Apa yang pertama kali tersirat dalam pikiran Anda, ketika mendengar istilah “KIMIA”?  Bagi orang awam, mungkin yang terbayang adalah sesuatu yang berhubungan dengan bahan yang terdapat pada tanaman, obat atau pestisida atau bahkan mungkin bahan yang beracun dan berbahaya sehingga perlu dihindari.


Setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap ilmu kimia. Ada yang berpandangan negatif, ada pula yang menerima kehadirannya. Mereka yang berpandangan negatif adalah orang-orang yang belum mengenal dan memahami tentang ilmu kimia. Mereka menganggap bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kimia akan berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya yang mengandung racun.  Ditambah lagi kesan yang dominan timbul di kalangan masyarakat umum mengenai kimia adalah kesan negatif dibandingkan dengan manfaatnya.  Sehingga manfaat ilmu kimia semakin tersamarkan. Kesan negatif ini timbul sebagai akibat dari sering terjadinya penyalahgunaan ilmu kimia atau kesalahan penanganan dalam penerapan ilmu kimia.


Ilmu kimia seringkali digambarkan sebagai sesuatu yang abstrak. Padahal tanpa kita sadari dalam setiap bagian dari tubuh kita, pakaian yang kita kenakan, semua benda di lingkungan tempat kita tinggal, tersusun dari berbagai bahan kimia. Demikian pula dengan aktivitas hidup kita sehari-hari, mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai saat kita akan tidur  di malam hari bahkan ketika kita tidur pun semua melibatkan proses kimia. Singkat kata, dunia ini sebenarnya merupakan dunia kimia.


Lalu, apa sebenarnya ilmu kimia itu?


Ilmu kimia pada prinsipnya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (seperti halnya, fisika, biologi, geografi, dll) yaitu ilmu yang mempelajari materi, hanya saja dalam ilmu kimia yang dipelajarinya adalah yang berhubungan dengan struktur, susunan, komposisi dan perubahan materi serta energy yang menyertai perubahan materi tersebut.


Dalam ilmu kimia kita mempelajari Alam secara mikroskopis, artinya mempelajari aturan-aturan Allah (Sunatullah) dalam skala yang sangat kecil. Ilmu kimia berusaha mengungkapkan dunia partikel yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Dalam kimia, kita mengenal atom, molekul, electron, proton, neutron dan banyak lagi partikel lainnya. Menurut sebuah buku teks kimia, paling tidak terdapat 60 jenis partikel yang sifatnya berbeda dan belum seluruhnya dapat dijelaskan sifat-sifatnya. Hal ini memperlihatkan bahwa ilmu Allah itu maha luas.

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَداً
“Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat (ilmu) Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu lagi” (Al Kahfi: 109)

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ-
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Luqman: 27)


Ilmu Kimia hanyalah bagian kecil dari ilmu Allah. Sebagai ilmu yang mempelajari alam, ilmu kimia merupakan sarana untuk mendekatkan diri, mengenal lebih dekat Allah sebagai Sang Pencipta melalui hasil ciptaanNya. Ilmu kimia tidak bertentangan dengan agama Islam, sebab keduanya berasal dari Dzat yang sama, yaitu Allah SWT. Mempelajari ilmu kimia sama artinya dengan mempelajari ayat-ayat kauniyah, sehingga dengan mempelajari ilmu kimia diharapkan dapat lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Perhatikan dan renungkanlah Firman Allah berikut:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  -
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya  siang dan malam, benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Al Imran: 190-191)


Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتاً وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ - ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ --
“Allah telah memerintahkan kepada leba, buatlah sarang-sarang di atas bukit dan di atas pohon kayu dan pada tempat-tempat yang mereka jadikan atap. Kemudian makanlah bermacam-macam buah-buahan, dan laluilah jalan Tuhanmu dengan mudah. Keluar dari dalam perutnya minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, untuk menyembuhkan penyakit manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (Kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”. (An Nahl: 68-69)

Demikianlah, mempelajari ilmu kimia berarti kita mempelajari sebagian dari ilmuNya Allah. Dengan ilmu kimia kita dapat mengetahui bahwa kehidupan kita ternyata banyak berhubungan dengan dunia ilmu kimia, karena kehidupan manusia tidak terlepas dari proses kimia. Sejak bangun tidur, mandi, gosok gigi, dan mencuci semua tidak terlepas dari reaksi kimia.  


Ilmu kimia tidak hanya berhubungan dengan kebendaan saja. Banyak nilai-nilai dalam kehidupan ini ternyata juga  relevan dengan proses-proses kimia. Misalnya saja, fenomena serah terima electron dan penggunaan bersama electron-elektron dalam pembentukan senyawa melalui ikatan kimia. Proses pembentukan senyawa didasari oleh kestabilan atom-atom suatu unsur. Banyak diantara atom-atom suatu unsur ternyata tidak stabil keadaannya. Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya ternyata ketidakstabilan tersebut disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan electron di kulit terluar. Oleh karena itu agar keadaannya menjadi lebih stabil, maka di antara unsur-unsur tersebut harus terjadi serah terima electron. Bagi atom unsur yang kelebihan, maka keadaannya akan menjadi stabil bila dia melepaskan (memberikan) elektronnya kepada atom unsur lain yang kekurangan electron, dan sebaliknya atom yang kekurangan harus “menerima pemberian” electron dari yang kelebihan. Dengan adanya serah terima electron keadaan atom-atom unsur menjadi lebih stabil. Demikian halnya dalam pembentukan ikatan kovalen, terjadi hal yang sama dimana atom-atom saling menyerahkan electron untuk dipakai bersama sehingga tercapai keadaan yang lebih stabil. 


Dalam kehidupan sehari-hari, fenomena di atas mirip dengan fenomena “take and give” antara para Aghniya dengan Kaum Fakir Miskin. Selayaknyalah, orang-orang berada memberikan kelebihan hartanya kepada kaum miskin, agar terjadi keseimbangan dan kestabilan dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, andai kata kita ingin memahami apa arti dari memberi, cobalah belajar dari proses pembentukan ikatan kimia. 


Fenomena pembentukan senyawa melalui ikatan kimia, ternyata juga beranalogi dengan kewajiban menikah pada seorang pemuda jika dirasa sudah mapan. Salah satu Hadits Rasul dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.


Secara psikologis, seseorang yang masih lajang biasanya akan mengalami gangguan-gangguan, yang pada suatu saat tertentu dapat menyebabkan keadaan kejiwaannya menjadi kurang stabil. Nah, bagi seseorang yang masih lajang, untuk menjaga dan mengimbangi kestabilan emosi dan kejiwaannya, maka diwajibkan untuk menikah, mencari pasangan hidup. Dengan menikah dapat terjadi ikatan (pertalian) antar dua manusia yang didasari rasa saling menghormati, menghargai, menyayangi pasangan, saling membantu meringankan beban menerima apa adanya. Menikah berarti meninggalkan kemaksiatan dan dapat meningkatkan keimanan dan menjaga diri dari hawa nafsu yang dapat menjerumuskan pada hal-hal yang negatif.



Demikian sebagian dari tadabbur kita terhadap ilmu Allah. Saya berlindung kepada Allah swt dari segala khilaf dan salah yang ada dalam penulisan artikel ini. Harapan, saya, semoga tulisan ini dapat bermanfaat buat kita semua, dan semoga pula dengan mempelajari ilmu kimia, kita bisa lebih menyadari betapa hebat dan indahnya ciptaan Allah SWT, betapa Agung dan Maha Kuasanya Allah SWT. 

Categories: , , ,


Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar