Just another free Blogger theme

Senin, 01 April 2019


Siapakah Anda saat ini? Sebagai apakah Anda dalam kehidupan saat ini? baik dalam keluarga, di tempat kerja ataupun di masyarakat sekitar tempat Anda tinggal. Sebagai apapun Anda, sudah sejauh manakah Anda mempertanggungjawabkan amanah dari kehidupan yang telah diberikan Yang Maha Kuasa?

Belakangan ini berita-berita mengenai Pemilu mulai memanaskan lagi negeri ini. Bukan cuma berita, bahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan Pemilu telah sejak lama dilakukan. Ricuh karena memperebutkan kursi jabatan anggota Dewan Yang Terhormat, Gubernur, Bupati, Camat dan Lurah telah sering kita lihat dan dengar. Kini, kembali tiba gilirannya perebutan kursi DPR dan Presiden. Mengapa mereka begitu ingin menduduki jabatan tersebut? Padahal Jabatan adalah suatu amanah.
Dalam Al Qur’an (QS. 4: 58) ada perintah untuk menunaikan amanah kepada pemilkinya, disusul dengan perintah menetapkan putusan yang adil, kemudian dilanjutkan dengan perintah taat kepada Allah, Rasul dan ulil amri (pemerintah). Perurutan uraian ayat seperti ini menjadi petunjuk bahwa jabatan serta wewenang kebijakan dan pengelolaan, merupakan amanah yang bersumber dari Allah, melalui orang banyak atau masyarakat, dan bahwa mereka memiliki hak untuk memilih sendiri siapa yang mereka inginkan untuk maksud tersebut.
Ketentraman dan stablitas merupakan kebutuhan masyarakat, dan itu tidak dapat terwujud tanpa undang-undnag dan peraturan serta tanpa penguasa yang mengelolanya. Dari sini, semua masyarakat, mengangkat pemimpinnya masing-masing. Demikianlah terlihat kesejalanan antara ayat di atas dengan logika dan kenyataan masyarakat manusia.
Jabatan bkan hak pribadi ataupun turunan, tetapi ia hak masyarakat. Karena itu, jangankan suap, hadiah dalam kaitan dengan jabatan pun dilarang. Ketika seorang pejabat pada masa Nabi Muhammad S.A.W menerima hadiah dan enggan menyerahkannya pada Kas Negara, Nabi bersabda: “Cobalah dia duduk di rumah ibunya, apakah ia akan diberi hadiah?”
Wewenang mengelola adalah sesuatu yang berharga “empuk” kata sebagian orang, sehingga boleh jadi ada yang salah langkah guna mendapatkannya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda: “Demi Allah, kami tidak mengangkat sebagai pejabat yang (kasak-kusuk) memintanya”, Rasul juga berpesan: “Jangan kasak-kusuk mencari jabatan karena bila engkau memperolehnya tanpa kasak-kusuk, engkau akan dibantu Allah. Allah menurunkan malaikat mndukung langkahmu”.
Jabtan adalah amanah. Ketika Abu Dzar meminta suatu jabatan, Babi SAW. bersabda:”Itu adalah amanah, ia adalah nista dan penyesalan di hari kemudian, kecuali yang menerimanya dengan hak (sesuai aturan mainnya), dan menunaikan kewajibannya”.
Sabda Nabi: “Apabila amanah disia-siakan, maka nantikanlah kehancuran”, ketika ditanya: “Bagaimana menyia-nyiakannya?”, Beliau menjawab: “Apabila wewenang pengelolaan diserahkan kepada yang tidak mampu”.
Dalam salah satu sabdanya, beliau menyebut tiga dari sekian sifat yang harus dimiliki oleh pejabat, yaitu Ketakwaan yang menangkal pelanggaran, kelapangan dada yang melahirkan simpati, dan kemampuan memimpin sehingga menjadi “bapak bagi anak-anaknya”.
Lantas, bagaimana dengan para pemimpin kita? bagaimana dengan para calon pemimpin yang akan segera “memperebutkan” kursi jabatan di pemerintahan? apa motivasi mereka? kita berharap saja semoga mereka dapat menjaga amanah yang telah diberikan rakyat pada mereka.


Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar