Just another free Blogger theme

Jumat, 08 November 2019


sumber: esqtours.com
Dari blog tetangga…lumayan untuk sekedar mengingatkan…bahwa sebagai warga negara kita wajib mensyukuri nikmat yang Allah berikan, karena kita telah hidup di negeri yang indah ini…dan sudah seberapa banyak kita memberi manfaat bagi negeri ini.., sudah seberapa banyak pula kita mengambil nikmat dari negeri ini..?

Tanah air kita diibaratkan bagai "sekeping taman surga yang diturunkan ke bumi". Itulah rahmat Allah yang dianugerahkanNya kepada bangsa Indonesia. Ke mana pun kaki melangkah atau mata memandang akan terlihat tanah yang subur, pepohonan yang rindang, serta sawah ladang terbentang belum lagi dengan apa yang dikandung oleh buminya.
Sejak beribu-ribu tahun, tanah air ini tidak pernah bosan-bosannya mempersembahkan aneka ragam hasil bumi pada putera-puterinya. Tak sesaatpun ia mogok ataupun lesu dalam berproduksi. Kerja sama yang demikian harmonis diperagakan oleh segala unsur-unsurnya: tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen agar dihirup oleh binaang, sementara binatang dan manusia pun memberi karbondioksida agar pepohonan dapat mekar dan berbuah.
Demikianlah apa yang tidak dibutuhkan oleh sesuatu diberikan kepada yang lain. Sungai-sungai mengairi tumbuhan, hutan membendung banjir, matahari tak jemu-jemunya memberi kehangatan, air yang menguap akibat matahari dikembalikan oleh kerja sama awan dan angin. Apa gerangan yang terjadi bila masing-masing enggan memberi dan bekerja sama? Pasti kepunahan total yang terjadi?
Prinsip utama yang mengatur tata hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang adalah kemampuannya meluruskan yang bengkok dalam perjalanan hidupnya, membetulkan yang salah, dan menyembuhkan yang sakit. Semuanya dengan cara mandiri dan otomatis.
Sebanayak apa potensi rerumputan yang hijau itu? Adakah sesuatu yang disia-siakannya? Jika kita dapat memahami apa yang dikatakannya,niscaya kita sadar bahwa tidak sesaat pun ia menyia-nyiakan waktu atau mengabaikan peranan yang diembannya. Walalu ada pohon besar tumbuh berdampingan, masing-masing tetap mengemban tugasnya karena mereka sadar bahwa tumbuhan yang membangkang dari garis yang disuratkan, pasti akan mengalami kematian atau kekerdilan.
Pohon besar tidak akan mengambil pohon-pohon yang tumbuh, walaupun kecil. Baik yang kecil maupun yang besar mengambil dari apa yang tersedia sesuai kebutuhan masing-masing. Agaknya, mereka tidak mengenal penumpukan, tidak pula pemborosan, apa lagi penindasan. Tidak seperti masyarakat manusia yang menindas, mengambil, menumpuk dan membuang yang tidak dibutuhkannya.
Ada sesuatu yang sangat ditakuti – walaupun oleh tumbuhan yang sangat besar sekalipun – yang berasal dari suatu jenis dan bukan bangsanya atau bagian dari dirinya, yaitu benalu. Benalu menghisap secara perlahan-lahan makanan tanaman yang ditumpanginya sehingga membunuhnya.
“Sekeping taman surga” yang dihiasi oleh aneka ragam tumbuhan terbentang di bumi Indonesia. Sekeping surga itu telah kita rebut dengan darah dan air mata. Darinya kita harus mampu menarik pelajaran agar kita dapat meraih surga yang berada di negeri seberang.
Kita harus bekerja tanpa henti, penuh kepedulian, bekerjasama secara harmonis, tidak mengambil melebihi kebutuhan, apalagi menumpuk-numpuk. Kita harus mampu meluruskan sendiri apa yang bengkok dari perjalanan kita dan menyembuhkan apa yang sakit. Kita harus mampu menjadi seperti tumbuha-tumbuhan yang tidak pernah keberatan oleh rimbunnya dedaunan dan tidak pula mengeluh. Bukankah ia makan, tumbuh, dan berbuah berdasarkan perhitungan yang teliti.
Dan terakhir, kita harus waspada dari benalu. Kapan kita berhasil mencapai cita-cita kemerdekaan? Mungkin tidak keliru bila dikatakan, “pada saat kita mampu meniru rumput-rumput hijau yang bergoyang itu!”
INDONESIA:  Masihkah menjadi sebuah taman surga?


Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar