Just another free Blogger theme

Rabu, 19 Juni 2024

RESUME KE LIMA BELAS

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

KONSEP BUKU NON FIKSI


APA ITU BUKU NON FIKSI?

Pada pertemuan KBMN ke - 11, kita pernah membahas mengenai cerita fiksi. Cerita fiksi merupakan cerita rekaan atau khayalan dan tidak berdasarkan kenyataan.

Kali ini kita akan membahas tentang buku non fiksi. Buku non fiksi berarti buku yang dibuat berdasarkan fakta dan kenyataan. Isi dari buku nonfiksi biasanya berupa informasi, pengetahuan, atau wawasan yang ditulis dengan tujuan untuk menginformasikan penemuan baru atau penyempurnaan dari informasi yang sudah ada.

Apakah rumit membuatnya? 

Pada pertemuan KBMN malam ini akan dibahas tentang cara membuat buku non fiksi, apa saja isi dari buku non fiksi itu, bagaimana sistematikanya, dan lain-lain.

Tak terasa, pertemuan KBMN malam ini merupakan malam yang ke lima belas. Sudah separuh perjalanan KBMN kita lalui. Mudah-mudahan saya bisa tetap eksis dan konsisten dalam menulis resume ini. Setidaknya, belajar menulis resume terlebih dahulu sebelum bisa menulis sebuah karya beruapa buku. 

Nara sumber kali ini adalah Ibu MUSIIN, M.Pd, atau biasa dipanggil Bu IIN. Seorang guru bahasa Inggris di salah satu SMP Negeri di Kediri, namun selain sebagai guru beliau adalah founder dari beberapa organisasi swadaya masyarakat. Beliau pun aktif dalam berbagai kegiatan. Sebagai penulis, Bu Iin telah menghasilkan beberapa karya buku. Kecintaannya dalam menulis buku non fiksi mengantarkannya sebagai pemegang sertifikasi penulis pada tahun 2020. Catatan lain, Bu  Iin adalah juga alumni KBMN Gelombang 8Moderator pada malam ini adalah Ibu LELY SURYANI, S.Pd. SD.

Di awal perkenalan Bu Iin menceritakan bahwa di awal  mengikuti kelas juga belum memiliki karya. Namun, dengan semangat yang pantang menyerah, Bu Iin berhasil mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Akhirnya bersama sembilan rekan peserta KBMN lain berhasil menyelesaikan buku yang berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Lalu, apa yang mendorong Bu Iin menulis buku nonfiksi?

Seperti yang tertulis di biodata, Bu Iin telah menjadi guru sejak tahun 1998 dan juga aktif bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Tentu saja banyak pengalaman yang tergores dan itu semua adalah buku yang belum terdokumentasi.

Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Sudahkan “a book inside you” sudah disampaikan dalam bentuk tulisan?

Adakah sebuah buku yang ada dalam benakmu?
Apa makna judul buku ini?

Makna dari judul ini adalah apakah ada yang mau menulis buku secara pribadi atau secara bersama-sama?

Setiap orang sebenarnya mempunyai buku di dalam dirinya, namun tidak banyak yang ingin mendokumentasikannya. Setiap orang punya cerita (buku) dan untuk menuangkannya, tergantung kita sendiri, apakah ingin menulis sendiri atau menuangkannya bersama penulis lain. 

Lebih baik 1 ide namun nyata daripada 1000 ide hanya di angan-angan. Untuk itu, marilah kita menggoreskan tinta emas untuk anak cucu kita dan generasi yang akan datang. 

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.

Lalu, apa yang dimaksud dengan buku non fiksi? 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian buku non fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya). Hal tersebut yang membuat buku non fiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca. Adapun bahasa yang digunakan biasanya bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya, jadi pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku. 

Ada 3 pola penulisan buku non fiksi, yakni:

  1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran
  2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan.
  3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara.
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni
1. Pratulis, meliputi beberapa hal berikut:
  • Menentukan tema
  • Menemukan ide
  • Merencanakan jenis tulisan
  • Mengumpulkan bahan tulisan
  • Bertukar pikiran
  • Menyusun daftar
  • Meriset
  • Membuat Mind Mapping
  • Menyusun kerangka
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan

Pada kesempatan ini nara sumber memberikan tantangan pada para peserta untuk menuliskan tema dan ide apa yang ingin ditulis. Beberapa tema yang masuk yang dapat saya catat adalah:
"Urgensi Sastra Masuk Kurikulum Satuan Pendidikan"
"Penerapan Hitungan Bilangan Dalam Kehidupan Sehari hari "
"Matematika realistik untuk SD"
"Meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik kelas bawah"
Yang sedang ngetrend " Masihkah Pentingnya Zonasi Dalam PPDB "
"Mana yg lebih penting utk peningkatan kualitas pendidikan, Zonasi atau Prestasi?"

Selanjutnya Bu Iin memberi satu masukan dalam penulisan tema dan ide, yaitu dari praktik baik apa yang sedang di kelas atau di sekolah? Tulisan yang bahannya banyak Bapak Ibu jumpai.

Tema numerasi " Meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik kelas bawah"
Ini adalah salah satu praktik baik yang sudah Bapak Ibu lakukan. Saya yakin ini sudah ada dokumentasi yang lengkap, baik berupa data dan foto-foto.

Tantangan berikutnya adalah untuk mencoba mempush diri sendiri untuk menuliskan ide tulisan, bahan tulisan, dan kerangka tulisan.

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku

"Bapak ibu untuk saat ini, saya yakin Bapak ibu sering membuka PMM.  Nah di PMM ada bagian video inspirasi, bukti karya dan ide praktik. Ide,
tulisan bisa diambil dari 3 sumber tersebut".

Dari pengalaman orang lain, Kita bisa mendapatkan inspirasi untuk dilakukan di kelas. Tulisan yang berdasarkan pengalaman pribadi akan lebih mudah untuk dituliskan karena nyata dan sudah melekat ke diri sendiri.

Bu Iin kemudian menceritakan bagaimana prosesnya ketika Dia membuat buku non fiksi.

"Tema yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof. EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. 
Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet". 

Referensi terdiri dari
1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal;
2. Keterampilan yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini;
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan


"Tahap selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan". Berikut adalah contoh kerangka tulisannya:

BAB 1. Penggunaan Internet Di Indonesia
           A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
           B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2. Media Sosial
           A. Media Sosial
           B. UU ITE
           C. Kejahatan di Media Sosial

BAB 3. Literasi Digital
           A. Pengertian
           B. Elemen
           C. Pengembangan
           D. Kerangka Literasi Digital
           E. Level Kompetensi Literasi Digital
           F. Manfaat
          G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
          H. Kewargaan Digital

BAB 4. Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
           A. Keluarga
           B. Sekolah
           C. Masyarakat

BAB 5. Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet 
           A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
           B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
           C. Membangun Digital Mindset Warganet +62

"Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, saya mengikuti nasehat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be)"

"Beliau juga akan memberikan materi kepada Bapak Ibu dan langkah beliau sangat mujarab. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis".

Bagaimanakah anatomi buku nonfiksi?

Adapun, Anotomi Buku Non Fiksi adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks



Menulis Draf, yaitu:

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Merevisi Draf, meliputi:

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.

Menyunting Naskah (KBBI dan PUEBI), apa saja yang disunting?
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma

Demikianlah materi dari Bu Musiin malam ini. Selanjutnya, masuk pada sesi tanya jawab. Pada sesi ini beberapa pertanyaan yang muncul dari peserta adalah sebgai berikut:

Ari Rahmawati, Kebumen
Pertanyaan : Ketika kita menulis jurnal ataupun karya tulis apakah berpedoman pada anatomi buku non fiksi, jikalau iya, berarti buku non fiksi juga termasuk jurnal, atau bagaimana bu, mohon pencerahannya

Terima kasih Mbak Ari dari Kebumen. Kalau jurnal dan karya tulis ilmiah pasti memiliki struktur tersendiri. Kalau buku nonfiksi berbeda dengan jurnal.Jadi anatominya tidak sama

Umi Kulsum, Kebumen.
Apa saja bedanya dan beri contoh anatomi dari jurnal dan KTI

Menulis yang dekat dengan keseharian kita akan lebih mudah

Dina, Bengkulu
Pertanyaan : dalam menulis sebuah buku nonfiksi, berapa jumlah minimal halaman agar dapat dikatakan layak?

Selamat malam Mbak Dina, cantiknya Bengkulu. Tidak ada batasan halaman. Yang penting menulis menulis dan menulis. Karena asyik bisa sampai 200 halaman. Semangat

Closing Stetement 

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". 
Pramoedya Ananta Toer

"Jika kamu bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah".
                                                            Imam Al Ghazali













Silakan tulis komentarnya dan terima kasih atas kunjungan dan komentarnya. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar