Just another free Blogger theme

Senin, 24 Juni 2024

Resume Ke Delapan Belas

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

SENIN, 24 JUNI 2024


Menulis karya ilmiah mungkin pernah dilakukan oleh setiap guru, baik ketika lulus masa pendidikan ataupun ketika hendak mengikuti kenaikan golongan atau jenjang jabatan ataupun ketika mengikuti lomba penulisan karya ilmiah. Namun, jika menulis buku dari sebuah karya Ilmiah mungkin belum pernah. Nah, pertemuan KBMN malam ini mengambil tema Menulis Buku Dari Karya Ilmiah. 

Bagaimanakah mengubah sebuah karya ilmiah menjadi sebuah buku? 

Materi ini akan dibawakan oleh Bp. Eko Daryono, S.Kom dan dimoderatori oleh Bp. Muliadi, M.Pd.

Mas Echo, begitu biasanya Nara sumber kita dipanggil, memulai materi malam ini dengan pernyataan bahwa tidak ada standarisasi konversi dari karya ilmiah menjadi sebuah buku. Namun dari pengalamannya sebagai editor dan pengalaman para ahli lain, akhirnya penulisan sebuah karya ilmiah ternyata dapat juga dikonversi menjadi sebuah buku.

Sebelum lebih panjang menguraikan tentang konversi dari karya ilmiah menjadi buku, Mas Echo mencoba menjelaskan terlebih dahulu mengenai karya ilmiah.

“Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014)".

Karya tulis ilmiah terbagi menjadi dua, yaitu KTI berupa buku dan non buku. Berikut adalah gambarannya.


Baik KTI buku maupun non buku keduanya dapat dikonversi menjadi buku. Satu hal yang harus dipahami adalah tujuan mengkonversi KTI menjadi buku itu untuk apa? Karena hal ini akan berdampak secara signifikan pada KTI aslinya. Bisa jadi dari hasil konversi ini akan dihasilkan buku baru yang fresh atau bisa jadi buku aslinya, namun sudah berubah jadi buku terbitan percetakan dan ini berkaitan dengan status buku yaitu ada tidaknya ISBN. 

Jika menghendaki KTI asli menjadi buku maka bisa memakai QRCBN. Karena QRCBN bisa untuk self publishing, maka tidak dibahas disini.

Fokus pada buku konversi yang bisa di ISBN kan. Ada lima formula untuk membuat buku dari karya ilmiah. 

Pertama, Formula Judul

Kedua, Formula Isi

Ketiga, Formula Struktur Penulisan

Keempat, Formula Bahasa

Kelima, Formula Kaidah Buku ISBN

Judul buku hasil konversi suka tidak suka harus dirubah terlebih jika judulnya menunjuk terminologi waktu dan tempat. Contoh buku hasil konversi yang telah di edit dan sudah keluar ISBN-nya dari judul asli dan judul bukunya seperti ini : 

Judul asli : Model Pengembangan Strategi Sweet Love Dalam Membangun Kompetensi Pedagogi Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Y

Judul buku yang sudah keluar ISBN : STRATEGI SWEET LOVE MEMBANGUN KOMPETENSI GURU

Contoh untuk judul dari penelitian kuantitatif : PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI KOMPETENSI LITERASI DIGITAL DAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) (Analisis Sequential Explanatory Pada Guru Z)

Judul Buku : Guru dan Katalisator Kualitas Pembelajaran.

Kedua buku sudah keluar ISBN-nya beberapa hari yang lalu.

Kedua, adalah formula isi. 

Jika judul berubah, bagaimana dengan isinya? Isi buku praktis berubah menjadi non penelitian, maksudnya tidak lagi mendeskripsikan sebuah penelitian.

Bagian asli yang masih bisa dipakai dari karya ilmiah adalah bagian latar belakang di bab I dan bagian-bagian teoritisnya. Untuk bab 3,4,5 yang berisi metode, hasil dan kesimpulan sudah tidak nampak lagi khususnya untuk penelitian kuantitatif.

Adapun untuk karya ilmiah kualitatif, hasil penelitian masih bisa dipakai sebagai seorang dengan catatan tidak lagi mengarah pada hasil penelitian, namun bahasanya sudah disesuaikan dengan bahasa pengetahuan umum.

Ketiga, Formula Struktur Penulisan

Perlu diperhatikan bahwa buku hasil konversi tidak lagi mengenal bab, sub bab, list paragraph. Jadi struktur penulisan tidak lagi terbingkai secara formal dan cenderung terputus-putus, namun dibuat narasi yang mengalir


Contoh seperti di atas.
Tidak tampak lagi bab, misalnya seperti ini

Untuk list paragraph sebisa mungkin juga dibuat dalam bentuk narasi


Di konversi menjadi seperti berikut:

 

Keempat, Formula Bahasa.

Bahasa yang digunakan dalam buku konversi diupayakan tidak formal selayaknya penelitian, misal seperti gaya kutipan

Teks aslinya: Menurut pendapat Saihu dst.

Kelima, Formula Kaidah Buku ISBN 

Untuk pengajuan buku berisbn, naskah dilengkapi dengan keaslian karya, sudah siap cetak, minimal halaman isi 50 hal, format buku bacaan umum.

Mas Echo memberikan contoh konversi yang lain, yaitu pada buku yang judul aslinya PEMENUHAN KASIH SAYANG ORANG TUA DAN DAMPAKNYA PADA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SD X 

Buku ini aslinya adalah hasil penelitian kuantitatif. Agar judulnya lebih menjual dan menarik dan memang buku aslinya menarik, maka disarankan judulnya: The Power of Parental Love (Dukungan Kasih Sayang dalam Membentuk Keberhasilan Akademis Anak)

Diawal sudah disinggung bahwa untuk mengkonversi karya ilmiah memang butuh sense of writer , namun jangan khawatir, banyak ahli di KBMN ini yang bisa memberikan gambaran isi buku.

Demikianlah materi menulis buku dari karya ilmiah dari Mas Echo, selanjutnya masuk pada sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan yang bisa dihimpun diantaranya dari Bu Achienk, Pa Asep dan Pa Anto. Berikut adalah resume hasil tanya jawabnya.

Dari Bu Achienk, Jakarta

Mohon penjelasannya, apa yg dimaksud komunikasi pendek? Apakah segmen pembaca dapat mempengaruhi gaya penulisan buku konversi?

Terima kasih Bu Achienk. Komunikasi pendek merupakan model karya ilmiah yang hanya memuat point-point utama dari hasil penelitiannya. Jadi hanya point inti saja yang disajikan dan itupun dalam bentuk sangat ringkas. 

Pembaca yang akan disasar memang dapat menjadi preferensi bagaimana seorang penulis membuat gaya penulisan. Contoh konversi buku hasil disertasi yang umumnya disasar adalah lingkungan kampus tentu disesuakan dengan gaya para akademisi.


Asep Saepul A., Banyuasin Sumatera Selatan 

Saya pernah mau membuat buku dari Skripsi, ketika saya cek plagiat, eh plagiatnya tinggi. Yang aneh skripsi saya dibuat tahun 1991, tapi yang dijadikan plagiatnya artikel/makalah/Skripsi tahun 2020. Saya jadi malas. Nggak jadi buat buku. Bagaimana mengatasi yang seperti itu ?

Terima kasih Bapak Asep. Jika memang karya tersebut asli karya Bapak maka Bapak bisa mengajukan keberatan kepada penulis yang memplagiat atau melaporkan kepada institusinya. Jika keberatan diterima maka Bapak akan menjadi pemilik sah dan file plagiasinya akan ditarik. Sudah banyak contoh Pak termasuk yang baru saja viral. Mungkin yang cukup heboh ada yang melibatkan salah satu pengajar di salah satu kampus terkenal di Jogja.

Ya memang butuh effort Pak dan begitulah dunia maya yang jika kita tidak memiliki karakter akan melegalkan segala hal


Antoro, Jakarta Timur

Dalam menyusun formula  pertama hingga kelima. Apakah bisa kita susun sendiri ataukah kita serahkan pada ahlinya?

Sebenarnya untuk mengkonversi, bisa dilakukan secara mandiri Pak. Kembali kepada sense of writer. Sebenarnya kitalah yang lebih tahu akan kita kemanakan buku kita. Namun yang belum terbiasa mungkin dapat meminta saran atau masukan dari ahlinya.

Jadi tidak harus diserahkan kepada ahlinya jika memang kita sendiri mampu.

Mas Echo mengakhiri pertemuan KBMN malam ini dengan memberikan kata penutup sebagai berikut: "Jangan biarkan karya ilmiah kita hanya menjadi dokumen berdebu di rak almari pajang. Pertemukan dan jodohkan karya ilmiah kita dengan berjuta-juta pembaca yang telah menantikannya. Konversilah menjadi buku dan yakinlah bahwa buku karya kita akan menemui takdir terbaiknya".


Demikian resume malam ini, semoga bermanfaat....

Wassalammualaykum....









Rabu, 19 Juni 2024

RESUME KE LIMA BELAS

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

KONSEP BUKU NON FIKSI


APA ITU BUKU NON FIKSI?

Pada pertemuan KBMN ke - 11, kita pernah membahas mengenai cerita fiksi. Cerita fiksi merupakan cerita rekaan atau khayalan dan tidak berdasarkan kenyataan.

Kali ini kita akan membahas tentang buku non fiksi. Buku non fiksi berarti buku yang dibuat berdasarkan fakta dan kenyataan. Isi dari buku nonfiksi biasanya berupa informasi, pengetahuan, atau wawasan yang ditulis dengan tujuan untuk menginformasikan penemuan baru atau penyempurnaan dari informasi yang sudah ada.

Apakah rumit membuatnya? 

Pada pertemuan KBMN malam ini akan dibahas tentang cara membuat buku non fiksi, apa saja isi dari buku non fiksi itu, bagaimana sistematikanya, dan lain-lain.

Tak terasa, pertemuan KBMN malam ini merupakan malam yang ke lima belas. Sudah separuh perjalanan KBMN kita lalui. Mudah-mudahan saya bisa tetap eksis dan konsisten dalam menulis resume ini. Setidaknya, belajar menulis resume terlebih dahulu sebelum bisa menulis sebuah karya beruapa buku. 

Nara sumber kali ini adalah Ibu MUSIIN, M.Pd, atau biasa dipanggil Bu IIN. Seorang guru bahasa Inggris di salah satu SMP Negeri di Kediri, namun selain sebagai guru beliau adalah founder dari beberapa organisasi swadaya masyarakat. Beliau pun aktif dalam berbagai kegiatan. Sebagai penulis, Bu Iin telah menghasilkan beberapa karya buku. Kecintaannya dalam menulis buku non fiksi mengantarkannya sebagai pemegang sertifikasi penulis pada tahun 2020. Catatan lain, Bu  Iin adalah juga alumni KBMN Gelombang 8Moderator pada malam ini adalah Ibu LELY SURYANI, S.Pd. SD.

Di awal perkenalan Bu Iin menceritakan bahwa di awal  mengikuti kelas juga belum memiliki karya. Namun, dengan semangat yang pantang menyerah, Bu Iin berhasil mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Akhirnya bersama sembilan rekan peserta KBMN lain berhasil menyelesaikan buku yang berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Lalu, apa yang mendorong Bu Iin menulis buku nonfiksi?

Seperti yang tertulis di biodata, Bu Iin telah menjadi guru sejak tahun 1998 dan juga aktif bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Tentu saja banyak pengalaman yang tergores dan itu semua adalah buku yang belum terdokumentasi.

Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Sudahkan “a book inside you” sudah disampaikan dalam bentuk tulisan?

Adakah sebuah buku yang ada dalam benakmu?
Apa makna judul buku ini?

Makna dari judul ini adalah apakah ada yang mau menulis buku secara pribadi atau secara bersama-sama?

Setiap orang sebenarnya mempunyai buku di dalam dirinya, namun tidak banyak yang ingin mendokumentasikannya. Setiap orang punya cerita (buku) dan untuk menuangkannya, tergantung kita sendiri, apakah ingin menulis sendiri atau menuangkannya bersama penulis lain. 

Lebih baik 1 ide namun nyata daripada 1000 ide hanya di angan-angan. Untuk itu, marilah kita menggoreskan tinta emas untuk anak cucu kita dan generasi yang akan datang. 

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.

Lalu, apa yang dimaksud dengan buku non fiksi? 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian buku non fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya). Hal tersebut yang membuat buku non fiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca. Adapun bahasa yang digunakan biasanya bahasa denotatif atau bahasa sebenarnya, jadi pembaca dapat langsung memahami maksud dari isi buku. 

Ada 3 pola penulisan buku non fiksi, yakni:

  1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran
  2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan.
  3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara.
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni
1. Pratulis, meliputi beberapa hal berikut:
  • Menentukan tema
  • Menemukan ide
  • Merencanakan jenis tulisan
  • Mengumpulkan bahan tulisan
  • Bertukar pikiran
  • Menyusun daftar
  • Meriset
  • Membuat Mind Mapping
  • Menyusun kerangka
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan

Pada kesempatan ini nara sumber memberikan tantangan pada para peserta untuk menuliskan tema dan ide apa yang ingin ditulis. Beberapa tema yang masuk yang dapat saya catat adalah:
"Urgensi Sastra Masuk Kurikulum Satuan Pendidikan"
"Penerapan Hitungan Bilangan Dalam Kehidupan Sehari hari "
"Matematika realistik untuk SD"
"Meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik kelas bawah"
Yang sedang ngetrend " Masihkah Pentingnya Zonasi Dalam PPDB "
"Mana yg lebih penting utk peningkatan kualitas pendidikan, Zonasi atau Prestasi?"

Selanjutnya Bu Iin memberi satu masukan dalam penulisan tema dan ide, yaitu dari praktik baik apa yang sedang di kelas atau di sekolah? Tulisan yang bahannya banyak Bapak Ibu jumpai.

Tema numerasi " Meningkatkan kemampuan numerasi pada peserta didik kelas bawah"
Ini adalah salah satu praktik baik yang sudah Bapak Ibu lakukan. Saya yakin ini sudah ada dokumentasi yang lengkap, baik berupa data dan foto-foto.

Tantangan berikutnya adalah untuk mencoba mempush diri sendiri untuk menuliskan ide tulisan, bahan tulisan, dan kerangka tulisan.

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku

"Bapak ibu untuk saat ini, saya yakin Bapak ibu sering membuka PMM.  Nah di PMM ada bagian video inspirasi, bukti karya dan ide praktik. Ide,
tulisan bisa diambil dari 3 sumber tersebut".

Dari pengalaman orang lain, Kita bisa mendapatkan inspirasi untuk dilakukan di kelas. Tulisan yang berdasarkan pengalaman pribadi akan lebih mudah untuk dituliskan karena nyata dan sudah melekat ke diri sendiri.

Bu Iin kemudian menceritakan bagaimana prosesnya ketika Dia membuat buku non fiksi.

"Tema yang saya angkat di buku saya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof. EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. 
Referensi berasal dari data dan fakta yang saya peroleh dari literasi di internet". 

Referensi terdiri dari
1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal;
2. Keterampilan yang diperoleh secara formal, nonformal, atau informal;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini;
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan


"Tahap selanjutnya adalah membuat kerangka. Kerangka ini saya ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan". Berikut adalah contoh kerangka tulisannya:

BAB 1. Penggunaan Internet Di Indonesia
           A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
           B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2. Media Sosial
           A. Media Sosial
           B. UU ITE
           C. Kejahatan di Media Sosial

BAB 3. Literasi Digital
           A. Pengertian
           B. Elemen
           C. Pengembangan
           D. Kerangka Literasi Digital
           E. Level Kompetensi Literasi Digital
           F. Manfaat
          G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
          H. Kewargaan Digital

BAB 4. Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
           A. Keluarga
           B. Sekolah
           C. Masyarakat

BAB 5. Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet 
           A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
           B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
           C. Membangun Digital Mindset Warganet +62

"Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, saya mengikuti nasehat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be)"

"Beliau juga akan memberikan materi kepada Bapak Ibu dan langkah beliau sangat mujarab. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis".

Bagaimanakah anatomi buku nonfiksi?

Adapun, Anotomi Buku Non Fiksi adalah sebagai berikut:

1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks



Menulis Draf, yaitu:

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Merevisi Draf, meliputi:

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.

Menyunting Naskah (KBBI dan PUEBI), apa saja yang disunting?
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma

Demikianlah materi dari Bu Musiin malam ini. Selanjutnya, masuk pada sesi tanya jawab. Pada sesi ini beberapa pertanyaan yang muncul dari peserta adalah sebgai berikut:

Ari Rahmawati, Kebumen
Pertanyaan : Ketika kita menulis jurnal ataupun karya tulis apakah berpedoman pada anatomi buku non fiksi, jikalau iya, berarti buku non fiksi juga termasuk jurnal, atau bagaimana bu, mohon pencerahannya

Terima kasih Mbak Ari dari Kebumen. Kalau jurnal dan karya tulis ilmiah pasti memiliki struktur tersendiri. Kalau buku nonfiksi berbeda dengan jurnal.Jadi anatominya tidak sama

Umi Kulsum, Kebumen.
Apa saja bedanya dan beri contoh anatomi dari jurnal dan KTI

Menulis yang dekat dengan keseharian kita akan lebih mudah

Dina, Bengkulu
Pertanyaan : dalam menulis sebuah buku nonfiksi, berapa jumlah minimal halaman agar dapat dikatakan layak?

Selamat malam Mbak Dina, cantiknya Bengkulu. Tidak ada batasan halaman. Yang penting menulis menulis dan menulis. Karena asyik bisa sampai 200 halaman. Semangat

Closing Stetement 

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". 
Pramoedya Ananta Toer

"Jika kamu bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah".
                                                            Imam Al Ghazali












Rabu, 12 Juni 2024

RESUME KE EMPAT BELAS

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTAR GEL. 31

KAIDAH PANTUN

RABU, 05 JUNI 2024



KBMN Rabu, 05 Juni 2024 ini akan mempelajari tentang KAIDAH PANTUN yang akan dibawakan oleh Bp. MIFTAHUL HADI, S.Pd. Gr.

Pa Miftah merupakan seorang ahli tentang pantun. Terlihat dari CVnya beliau pernah menjadi Finalis Festival Pantun dan Dewan Juri Pantun tingkat ASEAN, dan telah menghasilkan beberapa karya berupa buku antologi dan buku solo utamanya tentang pantun juga. Pa Miftah merupakan alumni KBMN Gel. 17. Dalam hidupnya memiliki motto:"Berkarya, berdedikasi, menginspirasi."

Moderator malam ini adalah Ibu AROFIAH AFIFI, S.Pd. Ibu Ovi (demikian biasa dipanggil) merupakan alumni KBMN juga. Bu Ovi memulai sesi malam in dengan sebuah pantun untuk memperkenalkan nara sumber.

Rambut dibelai sama Bu Atun

Sisir dahulu aduh rapinya

Sebelum mulai kaidah pantun

Kenali dulu narasumber

Seperti halnya Bu Ovi, Mas Mif juga memulainya dengan pantun:

Bismillahirrahmanirrahim


Mawar sekuntum tumbuh di taman,

Daun salam tumbuh di kota,

Assalamualaikum saya ucapkan,

Sebagai salam pembuka kata.


Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh

Bapak ibu, mohon ijin memperkenalkan diri.

 

Banjir kanal tanahnya lempung,

Membabat semak di pinggir kali,

Salam kenal saya mas Mif guru kampung,

Dari Demak berjuluk kota wali.


Apa itu pantun, bagaimana kaidah pantun dan praktik mudah membuat pantun.

Apa yang terlintas di benak bapak ibu ketika mendengar kata pantun?


Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam, salah satunya adalah pantun.

Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang.

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Kita sebagai warga negara Indonesia, patut berbangga, kenapa?

Karena pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014, dan yang lebih membanggakan lagi Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis pada tanggal 17 Desember 2020. Sehingga pada tanggal tersebut (17 Desember) diperingati sebagai Hari Pantun.

DEFINISI PANTUN

Beberapa definisi pantun menurut para aahli:

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Kalau dilihat dari definisi tersebut, pantun itu menggambarkan adanya sikap sopan dan santun

Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019)

Kalau dilihat dari definisi ini, pantun disusun dari kata yang teratur, tidak sembarangan.

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

dari sini, pantun digunakan sebagai penuntun serta tunjuk ajar

Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)

Pantun idak hanya terdapat di Melayu saja, berbagai daerah di Indonesia juga terdapat pantun. 

Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.


Artinya:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.


Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.

Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.


Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat..


Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.

Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.


FUNGSI PANTUN

1. Merupakan alat pemelihara bahasa. Pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.

2. Melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

3. Menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.


Kita berpantun dulu 

Makan kedondong jangan dibanting

Kalau dibanting, pecah kulitnya

Rambut gondrong tidak digunting

Karena ga ada duitnya

 

Nasi hangat disajikan dalam bakul

Tidak lupa dialasi dengan daun

Terima kasih bapak Miftahul

atas ilmunya tentang pantun

 

Ke Pasar Kamis belanja katun

di pasar sumber membeli bakul

Malam Kamis belajar pantun

dari narasumber mas Miftahul


Menanam bunga di ujung jalan

Harum mewangi indah menawan

Siapa sangka gadis pujaan

Tambatan hati wajah rupawan


Jalan jalan ke pasar beli katun

Tidak lupa bawa wadah

Mari kita belajar pantun

Siapa tahu dapat hadiah

 

Malam Rabu ikut KBMN

Jangan lupa simak materi

Jika anda ulet dan telaten

Literasi akan menambah prestasi

 

Anak katak turun gunung

Bertemu kambing yang makan daun

Putar otak sampai bingung

Memilih kata menjadi pantun


Baju kebaya berbahan katun

Ditambah payet dan permata

Malam ini serunya berpantun

Mata ngantuk jadi terbuka

 

Ngaji mulai dari Alif

Mari bersama berdo'a

Ilmu ini dari Mas Mif

Memang luar biasa

 

Makan nasi ditambah kerupuk kulit

paling lahap makannya di tepi sawah

membuat pantun memanglah sulit

jika diasah akanlah jadi mudah

 

Ikan lele berbau amis

Tapi tetap dimakan Atun

Mau apa di malam kamis

Ya pasti belajar pantun

 

Wah ternyata peserta KBMN Gel. 31 ini jago-jago dalam mengolah kata menjadi pantun.(Malu aku, ga bisa berpantun...hik..hik...hik..)

CIRI-CIRI PANTUN

Ciri-ciri pantun diantaranya:

  Satu bait terdiri atas empat baris

  Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata

  Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata

  Bersajak a-b-a-b

  Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

  Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

Silakan disimak sendiri diantara pantun yang dibuat oleh rekan-rekan peserta KBMN ini mana yang tidak sesuai kaidah.

Jadi, satu bait pantun terdiri atas empat baris. Lalu satu baris terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata, selanjutnya, pantun itu Bersajak a-b-a-b. 

Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang. Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud. Jadi antara baris pertama kedua, itu tidak berhubungan dengan baris ketiga dan keempat. Baris 1 dan 2, berhubungan.

Coba perhatikan pantun berikut:

 Dua tiga kucing saleh

 Tidak boleh

Ini masuknyaa apa?

pantun dua baris yang sering dibawakan jarjit namanya karmina atau pantun kilat.  baris 1 sampiran, baris 2 isi. Sajak a b. Tiap baris empat sampai lima kata. Jumlah suku kata juga 8 -12


Kalau ini, contoh syair


Ke sekolah janganlah malas,

Belajar rajin di dalam kelas,

Jaga sikap janganlah culas,

Agar hati tak jadi keras.


Semua barisnya, berakhiran bunyi asmaka sajaknya disebut a a a a.

Tiap barisnya saling berhubungan, jumlah kata dan suku kata juga hampir sama dengan pantun.


Kalau yang ini, contoh gurindam


Jika selalu berdoa berdzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.


gurindam itu terdiri dua baris. Baris 1 sebab, baris 2 akibat.

sebab : berdoa berdzikir

akibat : jernih berpikir

Jumlah kata dan suku kata juga sama dengan pantun, bunyi akhir 1 dan 2 = kir. Maka sajaknya a a

Sampai sini, kita sudah bisa membedakan antara pantun, karmina, syair dan gurindam. 


RIMA

Rima dalam pantun:

 Makan nasi ditambah kerupuk ku lit

 paling lahap makannya di tepi saw ah

 membuat pantun memanglah su lit

 jika diasah akanlah jadi mud ah

Perhatikan bahwa contoh pantun dengan rima/bunyi akhir yang sama hanya di akhir baris. Maka disebut dengan rima akhir. 

Pantun itu menunjukkan keindahan pilihan diksi serta kalimat. Kalau bisa, dalam memilih kata agar rimanya indah, usahakan minimal laval akhir yang sama, bukan huruf akhir.


Mawar sekunt um tumbuh di tam an,

Daun sa lam tumbuh di ko ta,

Assalamualaik um saya ucapk an,

Sebagai sa lam pembuka ka ta.


Ini adalah contoh pantun yang menggunakan rima tengah dan akhir. artinya kata di tengah dan akhir baris memiliki bunyi akhir yang sama.

Rima yang ketiga: Rima awal, tengah dan akhir.

Jangan dipetik daun sirih,

Jika tidak dengan gagangnya,

Jangan diuusik orang berkasih,

Jika tidak dengan sayangnya


Rima keempat: Rima lengkap

Bagai patah tak tumbuh lagi

Rebah sudah selasih di taman

Bagai sudah tak suluh lagi

Patah sudah kasih idaman


Contoh: Mencari kata dengan akhiran Tu

 Kutu

 Satu

 Kartu

 Buntu

 Menantu

 Pintu

 Batu

Nah kan, mudah ternyata mencari bunyi akhir yang sama,  itu tips pertama bu.

Tips kedua. Kalau buat pantun biasanya yang mana dulu yang dibuat?? sampiran dulu atau isi?

Usahakan buat isinya dulu, alias baris 3 dan 4 nya dulu. Kalau isi sudah jadi, baru buat sampirannya. Jangan lupa, sesuaikan rima nya

Tips ketiga, dalam membuat pantun jangan memakai nama orang atau merk dagang

Contoh : Mpok Elly membeli Pepsodent

Karena akan mengurangi keindahan diksi

Tips terakhir, lihat tanda baca setiap akhir barisnya

baris 1, 2 dan 3 diakhiri tanda koma

baris 4 diakhiri tanda titik


Seperti biasa, materi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

Tiarma_Depok

Kita sering menemukan pantun bahkan dalam lomba pantunnya bersajak aa aa. Apakah memang ada perubahan atau penyesuaian terkait hal tersebut pak?

Sudah saya sampaikan tadi bahwa pantun yang benar itu bersajak a b a b, silakan kalau bapak ibu ingin membuat pantun bersajak a a a a. Namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Closing statement 

Janganlah merisaukan hasil dari proses yang kita jalani. Nikmati saja susah ataupun senang. tetaplah menjalaninya dengan ikhlas.


Sesi diakhiri dengan pantun hasil karya peserta KBMN, silakan disimak.

 Air hangat diambil dari kuali,

 Memakai topi membeli bakul,

 aku sangat berterimakasih sekali,

 sama bu Ofi dan pak Miftahul.


 Bunga selasih di tepi selokan

 Hati patah ditolak cintanya

 Terima kasih kami ucapkan

 Pada Pak Miftah atas ilmunya

 

 Alangkah lemak makan pempek

 Sambil belajar menulis pantun

 Alangkah lemak minumnya bandrek

 Sambil kita berbalas pantun

 

 Ada alat terbuat dari tempayan,

 Daun meniran dicampur timun,

 Aku telat membuat rangkuman,

 karena memikirkan membuat pantun









Alhamdulillah...beres juga akhirnya....terima kasih ya Allah....

Senin, 03 Juni 2024

RESUME KE TIGA BELAS

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GEL. 31

PROOFREADING SEBELUM MENERBITKAN TULISAN

SENIN,  03 JUNI 2024, 19.00 WIB - SELESAI

Apa itu proofreading?

Saya baru belajar menulis, jadi saya belum tahu apa itu proofreading. Namun melalui pertemuan KBMN malam ini saya akan coba mencari tahu, apa itu proofreading? Bagaimana proofreading itu? Apa manfaatnya dan siapa yang harus melakukannya? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

Ya, KBMN Malam ini akan membahas tentang proofreading, tema lengkapnya adalah PROOFREADING SEBELUM MENERBITKAN TULISAN. Materi ini akan dibawakan oleh Bp. Susanto, S.Pd dengan moderator  Bp. Edmu Yufizar AS, Gr. M.Pd.

Pa Susanto atau lebih akrab dipanggil PaDSus, merupakan pegiat literasi yang juga editor melintas.id dan penyunting dari beberapa buku penerbit indie. 

Seperti halnya PaDSus, moderator kali ini juga merupakan pegiat literasi dan alumni dari KBMN Gel. 28.

Menurut PaDSus, materi malam ini bertujuan untuk membuat tulisan menjadi makin baik dan benar, enak dibaca dan mudah dipahami. Menurut pengakuannya beliau bukanlah proofreader atau editor profesional, kemampuannya hanyalah karena kebiasaan menyunting tulisan para penulis yang ada di grup ini.

"Saya sebenarnya bukan proofreader profesional atau editor profesional", "Kebiasaan mengoreksi tulisan di grup (Gel. 15 – 20-an), saya diminta Bunda Ratu Antologi KBMN, Bu Aam, dll., diminta menjadi proofreader calon buku mereka".

Proofreading dan Self Editing, dimaksudkan agar tulisan jadi baik dan benar, enak dibaca dan mudah dipahami.

Menurut PaDSus pula, terkadang penulis sering luput dalam penulisan huruf (ejaan), karena terlalu fokus pada kualitas konten bukan pada teknik menulisnya.

Meskipun tatacara penulisan huruf dan penggunaan kaidah ejaan merupakan hal yang bersifat mikro dalam penulisan buku, namun tetap saja harus dianggap penting.

Proofreading adalah membaca ulang kembali untuk memeriksa sebuah tulisan agar diketahui ada atau tidak kesalahan. Kesalahan apa saja yang harus dikoreksi?

  • Kesalahan pengetikan atau ejaan
  • Penggunaan tanda baca
  • Konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah
  • Logika dari sebuah tulisan

Kesalahan pengetikan (saltik) atau typo dapat berupa

  1. Typo insidental, kesalahan ketik cukup diperbaiki
  2. Typo individual, kecenderungan pribadi misalnya menulis kata buku pada awal kalimat selalu BUku
  3. Typo automatical, koreksi otomatis dari aplikasi, misal bisa - bias, sosial - social, asma - atsma
  4. Typo konseptual, bukan salah ketik melainkan salah konsep, misal karier - karir, tanda titik sesudah tanda seru atau tanya.

Proofreading atau mengoreksi tulisan perlu dilakukan karena terkadang penulis kesulitan menemukan kesalahan atau merasa tulisan tersebut sudah benar dan layak untuk diterbitkan.

Oleh karena itu proofreading perlu dilakukan setelah tulisan selesai dibuat. Jangan mengoreksi tulisan pada saat menulis atau sebelum tulisan diselesaikan.

Proofreading dapat dilakukan sendiri atau oleh orang lain yang sudah ahli (proofreader atau editor). Caranya:

  1. Menetapkan perasaan terhadap tulisan sendiri, diamkan naskah beberapa waktu.
  2. Membaca dulu seluruh naskah yang sudah ditulis, sebelum mengedit agar tidak salah asumsi
  3. Memeriksa saltik (typo), istilah, EYD, struktur, kelogisan
  4. Membaca dengan suara (enak, mengalir).

Sebuah tulisan dapat dipahami berbeda oleh pembaca. Dalam hal ini proofreader punya peran untuk meluruskan agar tulisan dipahami oleh pembaca persis seperti yang dikehendaki pembaca. (Saya belum nangkep maksudnya ni?)

Jadi, sekali lagi proofreading berguna untuk mengoreksi tulisan agar tulisan tersebut menjadi baik, benar, enak dibaca dan mudah dipahami, sebelum tulisan itu diterbitkan.

Semakin KERAS dan KETAT kita mengedit Insya Allaah tulisan makin bagus dan bisa menjadi bahan belajar pembaca. Semakin LEMAH dan berprinsip "ah, pembaca nanti juga maklum maksudnya apa" Insya Allah tulisan yang dihasilkan tidak sebagus yang diedit dengan cermat. 

KBMN selanjutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Bp. SIM CHUNG WEI

Untuk kalimat ini : 4. Uap air mengembun menjadi titik air atau partikel es yang sangat kecil  karena bertemu suhu yang dingin, disebut … . jika saya ingin mengunci jawabanya menjadi awan, apa yang perlu diperbaiki?

Itu kan kebanyakan kan menjawab kondensasi, jika saya ingin jawaban benarnya  awan, maka kalimat tanyanya sebaiknya spt apa?

Awan terbentuk dari kumpulan partikel air atau es yang sangat kecil, melayang-layang di atmosfer. Partikel-partikel ini berasal dari uap air yang mengalami proses kondensasi

Nah, Koh Sim bisa membuat kalimat tanyanya, tuh.

Ibu Umi Kulsum

Bagaimana cara melakukan proofreading yang paling efektif? 

cara yang paling efektif begini:

1. Menetralkan perasaan terhadap tulisan sendiri, diamkan naskah beberapa waktu. Agar kita terbebas dari asumsi dan merasa tulisan sudah baik dan benar.

2. Membaca dulu seluruh naskah yang sudah ditulis sebelum mengedit agar tidak salah asumsi.

3. Memeriksa saltik (typo), istilah, EYD, struktur, kelogisan.

4. Membaca dengan bersuara. Jika terdengar enak dan mengalir tanda tulisan kita mendekati baik.

Tiarma _Depok

1. Menurut Bapak, apa saja atau bagaimana cara kita mengetahui bahwa tulisan kita itu salah, adakah referensi yg bisa kita baca terkait penggunaan bahasa atau tanda baca tersebut? 

2. Dalam menulis cerpen, terkadang menggunakan tanda baca (?????) lebih dari satu.. Apakah ini salah juga pk?

Banyak bu di aplikasi web. Atau ikuti materi dari Pak Sudomo/ Mazmo. Materinya (ketika saya peserta Gel. 15) sdh saya rangkum di sini dan di sini:

https://blogsusanto.com/belajar-langsung-praktik-menulis-cerpen-bagian-3-narasi-dan-dialog/ 

https://blogsusanto.com/petikan-langsung-dan-dialog-tag-menyunting-cerpen/

Untuk penulisan tanda baca seperti itu, Ada yang membolehkan, ada yang tidak. Yang membolehkan beralasan agar terkesan rasa herannya atau rasa ingin tahunya sangat tinggi. Yang tidak membolehkan beralasan, secara aturan satu tanda tanya sudah cukup.

Saya pilih yang satu saja. Untuk menunjukkan rasa heran yang amat sangat disertai kalimat berikutnya.

Ari Rahmawati

Pertanyaan: Langkah awal apa yang harus saya lakukan untuk menghasilkan kualitas menulis yang bagus, sedangkan saya baru mulai belajar menulis. Untuk memikirkan ide saja terkadang masih kesulitan.

Ikuti saran Omjay: menulis, menulis, menulis

Belajar dari tulisan yang ditulis. Membaca tulisan teman atau penulis kawakan melalui buku-bukunya atau tulisannya di website. 

Dina - Bengkulu,

Biasanya saya self editing menggunakan google doc untuk menemukan ejaan yang baku, karena eyd saya masih minimalis. Namun saya kesulitan ketika self editing  tanda baca.

Pertanyaan saya, apakah ada tools lain yang bisa digunakan untuk self editing?  

JANGAN percaya sepenuhnya dengan GOOGLE DOC

Ibu Achienk (Anita) Jakarta

Etis tidak ya kalau kita "tembak" langsung si komentar agar memberitahukan kita dimana letak kesalahan yang kita buat?

Itulah yang saya lakukan kepada bu Ovi dan beliau tidak GALAK dan BENGIS tulisannya saya koreksi

Rosjida

Jika kita cermati dalam PUEBI penulisan kata sholat yang benar adalah salat.

Kata "salat" jauh dari pengucapan dari kata asal berbahasa Arab yaitu sholat. Bagaimana dengan hal ini pak DSus? Mohon penjelasannya.

Tinggalkan PUEBI karena sekarang menggunakan EYD V, yang menuliskan sholat dengan salat.

Ya, inilah bahasa Indonesia dan bukan bahasa Arab. Kita taat dengan aturan bahasa sendiri (Bahasa Indonesia).

Ada dialek di daerah tertentu yang tidak mengucapkan sholat tetapi salat dan yang dimaksud adalah sholat. 

Mari nanti kita belajar kembali pedoman pembentukan istilah. 


Sebelum mengakhiri, Pa DSus menyampaikan closing statementnya

Mari kita teliti. Untuk teliti harus belajar. Untuk belajar harus mau membaca dan mendengar. Semakin teliti tulisan akan semakin baik.

Mohon materi malam ini tidak menjadi penghambat Anda berkarya: TAKUT SALAH.

Tulis, tulis, tulis, tetapi jangan lupa belajar untuk meneliti sehingga menjadi tulisan baik dan benar.

Salam hangat dan mohon maaf jika terkesan terlalu menggurui.



Alhamdulillah....